Bagi
orangtua, anak adalah anugerah dan sekaligus ujian sebagai anugrah yang harus
disyukuri Ketika anak hadir di tengah-tengah keluarga orang tua pasti
menginginkan anaknya dapat berkembang secara normal, sehingga orang tua
mempunyai cara tersendiri dalam memperlakukan anak. Ada orang tua yang bersikap
memberikan kebebasan kepada anak dengan alasan supaya anak bisa mengembangkan
potensi pada dirinya. Ada pula orang tua yang memberi kebebasan kepada anak
tapi tetap memberikan kontrol, dan ada pula orang tua yang bersikap melindungi
anak secara berlebihan dengan memberikan perlindungan terhadap gangguan dan
bahaya fisik maupun psikologis, sampai anak tidak mencapai kebebasan atau
selalu tergantung pada orang tua, perilaku orang tua tersebut disebut dengan over
protective parenting, dengan alasan agar anak tidak mengalami celaka,
dan karena anak belum bisa berfikir secara logis maka perlu ada perlindungan
yang ekstra. Kebiasaan orang tua tersebut akan memberikan hambatan dalam
menjalankan tugas-tugas perkembangannya.
Perilaku
orang tua yang over protective di mana orang tua terlalu banyak melindungi dan
menghindarkan anak mereka dari macam-macam kesulitan sehari-hari dan selalu
menolongnya, pada umumnya anak menjadi tidak mampu mandiri, tidak percaya
dengan kemampuannya, merasa ruang lingkupnya terbatas dan tidak dapat
bertanggung jawab terhadap keputusannya sehingga mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri. Sekarang ini banyak sekali ditemui orang tua yang memberikan
apa saja yang diinginkan anak mereka, tapi tidak memberikan tanggungjawab
kepada anak mereka, maka seorang remaja yang mendapatkan pemeliharaan yang
berlebihan dan serba mudah akan mendapat kesukaran dalam self adaptation
dengan keadaan diluar rumah.
Bahwa
kebiasaan orang tua yang selalu memanjakan anak, maka anak tidak bisa
mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan, pada umumnya anak menjadi tidak
mampu mandiri, tidak percaya dengan kemampuannya, dan merasa ruang lingkupnya
terbatas. Seorang remaja yang orang tuanya over protective jarang mengalami
konflik, karena sering mendapat perlindungan dari orang tuanya, dengan situasi
tersebut maka remaja kurang mendapat kesempatan untuk mempelajari macam-macam
tata cara atau sopan santun pergaulan di lingkungannya, maka wajar saja jika
remaja mengalami masalah dalam menyesuaikan diri. Perilaku over protective
orang tua merupakan kecenderungan dari pihak orang tua untuk melindungi anak
secara berlebihan, dengan memberikan perlindungan terhadap gangguan dan bahaya fisik
maupun psikologis, sampai sebegitu jauh sehingga anak tidak mencapai kebebasan
atau selalu tergantung pada orang tua.
Dari
penjelasan diatas merupakan bentuk dari adanya sikap dan perilaku over
protective orang tua kepada anak sebagai wujud kasih sayang yang berlebihan,
sehingga membuat anak kurang fokus dan aktif dalam melakukan belajar-mengajar,
bahkan hal ini mampu memicu terjadinya bullying di sekolah sehingga anak akan
merasa tidak diterima dalam lingkungannya. Salah satu potensi yang harus
dimiliki oleh seorang individu supaya dapat diterima di lingkungan dan dapat
berkembang sebagaimana mestinya adalah ia harus mampu menyesuaikan diri di
lingkungannya.
Self
adaptation adalah kemampuan individu untuk
membuat hubungan yang memuaskan antara orang dan lingkungan. Mencakup semua
pengaruh kemungkinan dan kekuatan yang melingkungi individu, yang dapat
mempengaruhi kegiatannya untuk mencapai ketenangan jiwa dan raga dalam
kehidupan. Lingkungan di sini salah satunya adalah lingkungan sosial di mana
individu hidup, termasuk anggota-anggotanya, adat kebiasaannya dan
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan masing-masing individu dengan
individu lain. Self adaptation dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis
besar faktor-faktor penyesuaian diri tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu, faktor internal dan eksternal.
1.
Faktor internal meliputi: faktor motif, faktor konsep diri remaja, faktor
persepsi remaja, faktor sikap remaja, faktor intelegensi, minat dan
kepribadian.
2.
Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga terutama pola asuh orang tua, faktor
kondisi sekolah, faktor kelompok sebaya, faktor prasangka sosial, faktor hukum
dan norma sosial.
Hubungan
Over Protective Parenting dengan Self Adaptation
pada Siswa Madrasah Al-Irfan Nusantara Tangerang tahun ajaran 2022/2023.
Semakin tinggi over protective parenting, maka akan semakin rendah self
adaptation anak. Hal ini diketahui bahwa pola asuh over protective parenting
kurang baik dalam ajaran Islam, karena dalam Islam pola asuh yang baik
sebagaimana diajarkan oleh Luqman dan Rasulullah SAW. Pada kisah Luqman
Al-Hakim ini mengajarkan bagaimana cara orang tua dalam membimbing anak. Bentuk
pola asuh yang diajarkan Luqman kepada anaknya merupakan pola asuh demokratis.
Pola asuh demokratis ini menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk
membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini
menekankan aspek edukatif dari sisi disiplin daripada hukuman. Adapun aspek
pola asuh sebagai berikut:
1. Warmth (Kehangatan) Salah satu indikator pola asuh yang demokratis yaitu memberikan kehangatan kepada anaknya dengan memberikan nasihat-nasihat secara lemah lembut dan penuh perhatian Kehangatan yang dilakukan oleh Luqman yaitu terletak pada kata “ya bunayya”, yang bermakna “wahai anakku”. Penyebutan ini adalah istilah memanggil anak dengan perasaan penuh kasih sayang dan penuh kelembutan terhadap seorang anak. Memberikan nasihat dan pola asuh melalui hubungan yang saling hormat menghormati antara orang tua dan anak, menggunakan perkataan yang lembut dan tutur kata yang baik, dengan penuh perhatian, dan tidak lupa mengedepankan kemampuan anak.
2. Control (Pengawasan) Salah satu indikator pola asuh yang demokratis yaitu memberikan pengarahan kepada anaknya tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik agar ditinggalkan. Pengawasan adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di madrasah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinu serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. Allah SWT telah menciptakan manusia dan telah menurunkan Al-Quran sebagai pedoman dan pembimbing manusia mencapai keberhasilan di dunia dan di akhirat. Dalam hal ini semua pekerjaan manusia tidak terlepas dari Pengawasannya dan semua perbuatannya akan diminta pertanggung jawabkan di akhirat nantinya.
3. Communication (Komunikasi) Salah satu indikator pola asuh yang demokratis yaitu memberikan contoh teladan secara langsung melalui komunikasi dua arah dengan anaknya agar dapat dipertimbangkan Bersama. Dalam Al-Qur'an dan Hadist banyak istilah yang cukup banyak terkait dengan komunikasi, diantaranya ialah lafadz, hiwar, khabar, tabsyir dll. Lalu komunikasi dalam islam merupakan untuk mewujudkan hubungan vertikal antara "hamba" dengan Allah SWT dan hubungan sesama manusia (hambluminannas). Hubungan vertikal tersebut dilakukan dengan amalan amalan ibadah seperti sholat, doa, dzikir, dan ibadah lainnya yang berupaya manusia untuk mendekati dirinya kepada Allah SWT.
Komunikasi adalah penyampaian pesan berupa dari isi pikiran, ide, informasi yang akan diberi tahu kepada orang lain. Penyampaian pesan tersebut disebut sebagai komunikator atau sender (pengirim), penerima pesan tersebut disebut sebagai komunikan atau receiver (penerima). Dari berbagai penjelasan apa sih Komunikasi islam itu? Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi ada di dalam islam. Komunikasi islam juga bisa di artikan sebagai komunikasi berisi pesan keislaman seperti dakwah, ceramah, khotbah dll.
Dengan pengertian yang di atas maka komunikasi islam meliputi "what" (apa) yang dikomunikasikan dan "how" (bagaimana) komunikasi itu dilakukan. Komunikasi islam mempunyai 6 prinsip yaitu, (Qaulan Sadidan) artinya benar/tidak dusta , (Qaulan Ma'rufa) artinya kata-kata yang baik dan sopan, (Qaulan Baligha) artinya lugas dan efektif, (Qaulan Maysura) artinya mudah dicerna, dimengerti dan di pahami oleh khalayak ramai, (Qaulan Layina) artinya respek kepada siapapun, dan (Qaulan Qarima) artinya menjalin relasi dan hubungan baik. Peran komunikasi islam dalam pendidikan untuk meningkatkan keyakinan dan pembelajaran yang sudah ada dalam islam, lalu peran komunikasi islam bisa meningkatkan siswa untuk belajar komunikasi yang sudah di ajarkan oleh agama islam misal berdoa kepada Allah SWT, hal tersebut mencontohkan kita bahwa kita sedang berkomunikasi kepada Allah SWT.
Penulis: Safriani Aisyah, S.Psi